Minggu, 27 November 2011

Hikmah dari Peristiwa Hijrah Nabi

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36).

Perkataan yang sangat bagus dari As Zamakhsyari, kami nukil dari Faidhul Qodir (2/53), beliau rahimahullah mengatakan, “Bulan Muharram ini disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah ‘Allah’ untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan tersebut, sebagaimana pula kita menyebut ‘Baitullah’ (rumah Allah) atau ‘Alullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy. Penyandaran yang khusus di sini dan tidak kita temui pada bulan-bulan lainnya, ini menunjukkan adanya keutamaan pada bulan tersebut.

Makna Hijrah secara secara etimologis adalah berpindah. Sedangkan secara terminologis mengandung dua makna yaitu hijrah makani (tempat) yang  artinya hijrah secara fisik, berpindah dari suatu tempat yang kurang baik menuju yang lebih baik dan hijrah maknawi (nilai) yang berarti pindah dari nilai yang kurang baik menuju nilai yang lebih baik, dari kebatilan menuju kebenaran, dari kedzaliman menuju cahaya hidayah, dari alam kebodohan ke alam kecerdasan, pencerahan, kepandaian. Hijrah yang kedua inilah yang dinyatakan oleh Ibnu Qayyim sebagai al-hijrah al-haqiqiyyah (hijrah sejati)

Di Hari Asyura banyak peristiwa sejarah yang terjadi, diantaranya  Nabi Adam dan Hawa diampuni (QS Al Baqarah: 37), Nabi Idris diangkat ke surga (QS Maryam: 56-57), Nabi Ibrahim diselamatkan dari api Namrudz (QS Al Anbiya: 57-69), Nabi Yusuf dimerdekakan dari penjara karena fitnah Zulaikha (QS Yusuf: 56-57), dosa Nabi Yunus diampuni dan dikeluarkan dari perut ikan (QS Al Anbiya: 87-88), Musa menyeberangi Laut Merah sedangkan Firaun tenggelam di tempat tersebut (QS Taha: 78), dan Nabi Isa diangkat oleh Allah serta diselamatkan dari penganiayaan (QS Al Nisa: 157).

Pertama:  Di sunnahkan berpuasa. Dari Ibnu Abbas RA, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa. Rasulullah SAW bertanya, "Hari apa ini? Mengapa kalian berpuasa?" Mereka menjawab, "Ini hari yang agung, hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir'aun. Maka Musa berpuasa sebagai tanda syukur, maka kami pun berpuasa."Rasulullah SAW bersabda, "Kami orang Islam lebih berhak dan lebih utama untuk menghormati Nabi Musa-daripada-kalian."(HR.Abu-Daud).
<
Dari Abu Hurairah RA, Rasululllah SAW bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah puasa ramadhan adalah puasa dibulan muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah-shalat-malam”.(HR.Muslim,Abu-Daud,Tarmizi,danNasa’).

Aisyah RA pernah ditanya tentang puasa 'asyuura, ia menjawab, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW puasa pada suatu hari yang beliau betul-betul mengharapkan fadilah pada hari itu atas hari-hari lainnya, kecuali puasa pada hari kesepuluh Muharam." (HR.Muslim)  Dari Abu Qatadah RA, Rasululllah SAW ditanya tentang puasa hari ‘asyura, beliau bersabda: ”Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat” (HR. Muslim).

Kedua: Hijrah mengandung semangat perjuangan dan semangat persaudaraan tanpa putus asa dan rasa opimisme yang tinggi, semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dari hal-hal yang baik ke yang lebih baik lagi.

Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah., seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW  pada saat beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ada seorang yang mendatangi Rasulullha dan berkata: “Wahai Rasulullah,saya baru saja mengunjungi kaum yang berpendapat bahwa hijrah telah telah berakhir”, Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya hijrah itu tidak ada hentinya, sehingga terhentinya taubat, dan taubat itu tidak ada hentinya sehingga matahari terbit darisebelah barat”.

Ketiga : Hijrah Merupakan Bukti Maha Adilnya Allah, Berbeda dengan tahun Masehi, permulaan hari atau pergantian hari bukan di pagi hari atau jam 00.01, tetapi di saat terbenamnya matahari atau munculnya bulan. Itulah sebabanya Tahun Masehi (dari Isa Al Masih) dalam Islam disebut Tahun Syamsyiah (matahari), sedangkan Tahun Hijriah atau Tahun Islam disebut juga Tahun Qomariah (bulan). Kalau Tahun Masehi, setiap bulan terdiri dari 30 hari atau 31 hari, kecuali Februari yang 28 atau 29 hari, tetapi bulan Hijriah terdiri dari 29 dan 30 hari.

Itulah sebabnya, terdapat selisih sekitar 10-12 hari setiap tahun, ada pergeseran kegiatan keagamaan Islam pada tahun Masehi. Sebagai contoh, hari raya Idul Fitri atau 1 Syawal pada tahun 2010 jatuh pada tanggal 10 September, tapi pada tahun 2009, Idul Fitri bersamaan dengan 22 September. Sehingga tidak heran kalau ada saatnya dimana tahun baru Islam (1 Muharam) hampir bersamaan dengan Tahun Baru Masehi (1 Januari).

Disitulah salah satu bukti betapa adilnya Allah, di daerah dekat Equator (Khatulsitiwa) seperti Indonesia, Malysia dan Negara-negara Arab dimana umat Islam terbesar ada di sana atau daerah Sub Tropis, fluktuasi lamanya berpuasa setiap tahun hampir tidak berbeda banyak. Seandainya, bulan Ramadhan ditetapkan berdasarkan bulan Masehi, misalnya bulan Juni, kasihan umat Muslim di bagaian Utara yang harus puasa sampai 18-20 jam dengan temparatur sangat panas di atas 50 derajat C, setiap tahun seperti itu, dan orang di belahan Selatan puasanya sangat singkat. Kan sangat tidak adil?. Untungnya Tuhan Maha Adil, sehingga penentuna bulan puasa berdasarkan Tahun Hijriah. bukan Tahun Masehi, Allahu Akbar. 

Keempat : Hijrah adalah bulan Introspeksi Diri atau Bermuhasabah, Dengan memasuki tahun baru Hijriah, kita akan memasuki 1 Muharram. Yang berarti kita akan meninggalkan tahun lalu, dan memasuki tahun baru , yakni tahun baru 1433 Hijriah. Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya (HR Ahmad)

Keenam : Bulan Muharram Termasuk Bulan Haram, Bagaimanakah pandangan Islam mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan Muharram adalah bulan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara kita tidak mengetahuinya. Namun banyak di antara kaum Muslimin yang salah kaprah dalam menyambut bulan Muharram atau awal tahun. Silakan simak pembahasan berikut.

Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, “Dinamakan bulan haram karena dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan

______________________
Disampaikan oleh : Ust. Azkan Ihsan, S.SosI / 081379997779 dalam menyambut TH Baru Hijriyah 1433 H

Tidak ada komentar: