Sabtu, 25 Agustus 2012

HAKEKAT ‘IDUL FITHRI


 Oleh :Azkan Ihsan

Saudara-saudaraku, tulisan sengaja dibuat untuk menjadi bahan renungan bersama, apakah kita telah betul-betul kembali kepada fithrah kita secara utuh? telah kembali kepada asal mula kejadian kita?

Ungkapan yang sudah rutin di dengar antara lain : “MINAL ‘A_IDIN WAL FA_IZIN”, ”TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM”, “KULLU ‘AAMIN WA ANTUM BI KHAIR”, “SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 Syawal MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN” dan banyak lagi ungkapan kegembiraan yang terdengar. Memang ujung daripada Ramadhan adalah IDUL FITHRI.

Idul Fithri adalah berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yakni ‘ID yang artinya KEMBALI, dan FITHRI yang artinya KEJADIAN, sehingga ‘IDUL FITHRI mempunyai arti KEMBALI KEPADA ASAL MULA KEJADIAN, maksudnya kembali kepada asal mula kejadian manusia saat diciptakan oleh Allah SWT. Dengan demikian maka diharapkan bahwa orang yang sudah menjalankan ibadah puasa dan seluruh rangkaian ibadah lain yang mengiringinya akan kembali kepada asal kejadiannya.sesuai dengan konsep Allah dalam penciptaan manusia.

FITHRAH adalah POTENSI ALAMIAH yang merupakan karunia Allah Yang Maha Sempurna yang telah dianungerahkan kepada seluruh umat manusia tanpa ada perbedaan sejak manusia masih berupa janin, dan potensi alamiah ini berkembang seirama dengan pertumbuhan jasmani manusia itu sendiri, dan perkembangannya (baik dan buruknya) juga dipengaruhi sikap dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-harinya.
Sabda Rasulullah SAW.:
“Tidak ada seorang manusiapun dilahirkan melainkan (dia) dilahirkan atas fithrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan(diri)nya yahudi, atau nashrani, ataukah menjadi majusi” ~ (H.R. Bukhari)

Fitrah atau potensi alamiah yang dikaruniakan Allah kepada manusia adalah sebagai berikut :
1. Fithrah sebagai MAKHLUK BERAGAMA yang memilIk nilai- nilai ketaatan kepada Sang Penciptanya yakni Allah SWT. atau disebut juga dengan FITHRAH KEAGAMAAN. Ketika manusia diciptakan berupa janin dan telah sempurna Allah menciptakan jantung dan pembuluh-pembuluh darah ke semua bagian calon organ tubuh yang lain, ditiupkanlah ruh ke dalam janin tersebut oleh Allah SWT. Setelah itu diikatlah perjanjian antara makhluk-Nya (janin) itu dengan Sang Khalik yakni Allah SWT. sebagimana

firman Allah yang berbunyi:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(QS. Al-A’raf: 172)

Pada perkembangan perjalanan hidupnya, kemudian manusia lupa pada perjanjian yang pernah diikat dengan Allah. Untuk mengingatkan manusia itulah maka Allah mengutus Rasul-Rasul ke muka bumi ini dan menetapkan ajaran syari’at yang harus dilaksanakan dengan berpedoman kepada kitab suci yang menyertai diutusnya Rasul-Rasul tersebut.

2. Fithrah sebagai MAKHLUK YANG SUCI yang sejak awal dilahirkan ke dunia fana ini dalam keadaan suci tanpa membawa dosa warisan dari kedua orang tuanya maupun nenek moyangnya. Fithrah ini menjadi kotor karena pemilikinya (manusia) melakukan perbuatan-perbuatan salah dan dosa.

Menurut ajaran Islam, seorang hamba Allah baru dinyatakan berdosa jika ia melakukan perbuatan dosa apabila ia telah akil baligh atau mukallaf, jika belum mukallaf maka apa yang dia lakukan belum diperhitungkan oleh Allah.
Inti pokok semua ajaran Islam adalah dalam rangka mengembalikan manusia kepada kesuciannya melalui HIKMAH di balik ibadah itu.

3. Fithrah sebagai makhluk BERAKHLAK yang memiliki nilai-nilai etika dan moral yang akan menempatkan manusia pada posisi lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk yang lain dan membedakan dirinya dengan binatang. Setiap tingkah laku manusia mempunyai nilai, karena itulah maka seharusnyalah stiap perbuatan manusia harus selaras dengan fithrah yang dimilikinya

Missi utama Rasulullah di utus ke muka bumi adalah dalam rangka menempatkan manusia pada posisi yang sebenarnya yakni sebagai manusia yang beradab dan berakhlak serta berbudi pekerti yang luhur, sebagaimana sabdanya yang berbunyi :“Hanya sanya aku diutus (ke muka bumi ini) adalah untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti) manusia” (H.R. Bukhari)

4. Fitrah sebagai makhluk BER-MARTABAT TINGGI, yang memiliki nilai-nilai keunggulan dibanding dengan makhluk ciptakan Allah yang lain bahkan malaikat sekalipun. Keunggulan manusia (tetapi kadang justru menjadi kelemahannya) karena memiliki nilai-nilai INTELEKTUAL, SENI dan BUDAYA. Dengan memadukan tiga hal tersebut maka manusia dapat membudidayakan alam semesta ini dengan baik dan memanfaatkannya untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia, bahkan tidak sedikit yang menjadi jembatan menuju tercapainya kebahagiaan dan kesempurnaan hidup di akkhirat.

Keunggulan yang lain yang dimiliki manusia adalah bahwa Allah tetalh menetapkan manusia sebagai :
•Makhluk yang terbaik (QS. At-Tin: 4)
•Manusia juga telah ditetapkan oleh Allah sebagai makhluk-Nya yang paling mulia. (QS. Al-Isra: 70)
•Manusia juga merupakan makhluk-Nya yang paling disayang (QS. Luqman: 20)

Ketika manusia mengingkari keunggulannya dan cendrung melakukan kedurhakaan kepada Allah dan melakukan banyak dosa, maka Allah menjadikan manusia itu justru lebih hina dari makhluk yang paling hina sekalipun.
 
Diutusnya Rasul dan ditetapkannya syari’at bagi umat manusia sesungguhnya dalam rangka mengingatkan manusia agar tidak lupa diri dan selalu taat kepada ketentuannya dan dapat mensyukuri kedudukannya sebagai makhluk yang memiliki martabat yang tinggi.

Sesungguhnya, seluruh kegiatan di bulan ramadhan mulai dari ibadah puasa yang dilaksanakan selama satu bulan penuh, shalat tarawih berjama’ah di masjid, tadarus Al-Qur’an, Kajian ke-Islaman, pembinaan seni budaya Islami, pembianaan kreatifitas anak, Festifal Anak Shaleh, pembayaran zakat, infaq dan shadaqah sampai dengan takbir keliling serta pelaksanaan shalat sesungguhnya dalam rangka Menggiring manusia agar memperoleh kembali FITHRAH-nya sebagaimana dia mendapatkan pertama kalinya dari Allah SWT. sebagai karunia karena kasih sayang dan cinta-Nya yang luas kepada hamba-hamba-Nya.

Sebagai penutup perkenankan saya mengucapkan 

“MINAL ‘A_IDIN WAL FA_IZIN”,
”TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM”, “KULLU ‘AAMIN WA ANTUM BI KHAIR”, “SELAMAT IDUL FITRI 1 Syawal 1433 H. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN