Senin, 26 Desember 2011

WANITA YANG HARAM DINIKAHI (AL-MUHARROMAAT)

Ada beberapa perempuan yang haram dinikahi (al-muharramaat) ada yang bersifat abadi (muabbad) dan ada yang sementara (muaqqat). Sebab-sebab muhrim abadi ada tiga, yaitu: nasab, mushaharah dan penyusuan. Semuanya disebutkan di dalam QS. An-Nisa': 23.  Rinciannya adalah sebagai berikut:


A.    Nasab (keturunan), mereka adalah:
1. Ibu, nenek dan seterusnya ke atas
2. Anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah
3. Saudara perempuan
4. Bibi dari garis ayah
5. Bibi dari garis ibu
6. Anak perempuan saudara laki-laki
7. Anak perempuan saudara perempuan

B.     Mushaharah (perkawinan) 
1. Ibu dari isteri, neneknya dari pihak ibu dan ayah dan seterusnya ke atas.
2. Anak dan keturunan dari isteri yang sudah digauli, atau lebih tepatnya anak tiri.
3. Isteri dari anak (menantu)
4. Isteri dari ayah (ibu tiri)

C.     Penyusuan 
Penyusuan menyebabkan muhrim-nya ibu susuan dan orang-orang yang menjadi muhrim anak ibu susuan. Jadi, saudara sepenyusuan, ibu dari ibu susuan, anak-anaknya, saudari-saudarinya akan menjadi muhrim baginya

D.    Ada pun "al-muharramaat" dalam kondisi tertentu ( MUAQQAT) adalah:
1.  Saudari isteri (lih. QS. An-Nisa': 23)
2.  Bibi isteri, dari pihak ayah dan pihak ibunya (HR Bukhari dan Muslim)
3.  Isteri orang lain dan perempuan yang masih dalam masa iddah.
4.  Isteri yang ditalak tiga, kecuali setelah menikah dengan orang lain dan diceraikannya.
5.  Di saat sedang ihram
6.  Menikahi hamba sahaya dalam kondisi mampu menikahi wanita merdeka
7.  Penzina, kecuali setelah dia bertaubat (lih. QS. An-Nur: 3).
8.  Menikahi lebih dari empat wanita
9.  Wanita musyrik
       10. Nikah dengan niat untuk menthalaqnya
       11. Nikah Tahlil, yaitu nikahnya seorang laki-laki dengan seorang wanita yang telah
     diceraikan suaminya tiga kali, dengan niat untuk menceraikannya kembali agar dapat     
     dinikahi oleh mantan suaminya

Selain yang disebutkan ini halal dinikahi, sebagaimana firman Allah “ Dan dihalalkan bagi kalian selain yang demikian".[An-Nisa : 24]
,
Konsekuensi hukum :

1.   Hubungan mahram yg bersifat permanen (Muabbad), antara lain : Kebolehan berkhalwat (berduaan) Kebolehan bepergiannya seorang wanita dalam safar lbh dari 3 hari asal ditemani mahramnya. Kebolehan melihat sebagian dari aurat wanita mahram, seperti kepala, rambut, tangan & kaki.
Sedangkan hubungan mahram yg bersifat semenntara ( Muqayyad) adalah sekedar haram utk dinikahi, tetapi tdk membuat halalnya berkhalwat, bepergian berdua atau melihat sebagian dariauratnya

3.      Berhias untuk suami hukumnya dianjurkan dan tidak memiliki batasan. Berhias di hadapan wanita dan lelaki mahram dibolehkan tetapi dengan batasan tidak menampakkan aurat dan boleh menampakkan perhiasan yang melekat pada selain aurat. Di mana aurat wanita bagi wanita lain adalah mulai pusar hingga lutut [Demikianlah pendapat banyak ulama]. Sedangkan aurat wanita di hadapan lelaki mahram adalah seluruh tubuh kecuali muka, kepala, leher, kedua tangan dan kedua kaki. Berhias di depan lelaki bukan mahram hukumnya haram dan inilah yang disebut dengan tabarruj.

Wallohu a’lam

Tidak ada komentar: