Pada saat ini kita
semua mengalami peristiwa penting, yaitu terjadinya gerhana matahari.
Sebagaimana telah disyariatkan dalam ajaran Islam, setiap kali terjadi
peristiwa gerhana, baik bulan maupun matahari disunatkan melaksanakan shalat
gerhana.
Peristiwa ini
hendaknya kita jadikan sebagai peringatan untuk meningkatkan taqwa kepada Allah
swt, Tuhan yang mengatur segala keadaan dan kejadian, Dzat Yang Maha kuasa yang
kekuasaan-Nya tidak dapat dibatasi oleh siapapun dan kekuatan manapun. Sudah
seharusnya kita sebagai makhlukNya untuk menghamba dan mengabdi hanya
kepadaNya, tiada tempat berlindung dan meminta pertolongan kecuali kepadaNya.
Untuk itu marilah kita jauhkan segala keangkuhan, kesombongan, dan segala macam
perbuatan yang mendorong kearah pensekutuan kepadaNya. Dengan bekal taqwa
inilah yang akan mengantarkan kita kepada keselamatan dan kebahagiaan hakiki
baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Allah
memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia
tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan,
dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Luqman ;
29)
Kita
telah menyaksikan betapa Allah menjadikan alam seisinya, mengatur peredaran
waktu, pergantian siang dan malam, kerapian peredaran seluruh benda langit yang
tak terhingga jumlahnya tanpa terjadi benturan antara satu dengan yang lainnya,
semua itu memberi pelajaran bagi hambanya untuk senantiasa berfikir mengambil
hikmah atas seluruh peristiwa yang terjadi di alam semesta.
Sudah
menjadi tugas manusia yang diberi karunia akal fikiran untuk memahami ayat-ayat
kauniah yang banyak berbicara tentang alam semesta. Meskipun memiliki bekal yang
sangat terbatas, manusia harus mencoba memahami sesuai dengan kemampuannya. Berkaitan dengan ciptaan Allah di seluruh jagad raya ini secara jelas
disebutkan dalam Al-Qur’an, misalnya dalam surat Ali Imran ayat 190:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS. Ali Imran ; 190)
Dengan adanya perintah dan petunjuk untuk senantiasa memahami alam semesta ini, maka di kalangan umat Islam mulai melakukan observasi terhadap berbagai fenomena alam, sehingga ilmu tidak hanya bersifat kontemplatif belaka, namun didasari pengetahuan empiris dalam mengembangkan sains. Penerapan metode ilmiah dengan menggunakan pengukuran yang teliti dalam melakukan observasi dan menggunakan pertimbangan rasional telah mengubah pengetahuan manusia tentang alam semesta yang semula didominasi pengetahuan tentang dunia perbintangan (astrologi) bergeser menuju pengetahuan astronomi.
Atas dasar ini pemahaman manusia terhadap alam semesta ini semakin bertambah, tingkat akurasi dari waktu ke waktu semakin teliti. Hal ini dapat dibuktikan ketika para ilmuwan modern menemukan banyak kecocokan gejala-gejala alamiah dengan ayat-ayat kauniah.
Apabila kita renungkan secara seksama, maka semua makhluk yang diciptakan Allah, baik benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa, pada hakekatnya semua itu tunduk dan patuh kepada Dzat yang Maha Kuasa dan Bijaksana yang mengatur semuanya yaitu Allah swt. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 49:
Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang
berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para
malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.
(QS. An-Nahl ; 49)
Rasulullah memberi
penjelasan kepada umatnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim: Artinya: sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua macam tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah swt, terjadinya gerhana
matahari atau bulan bukan karena matinya seseorang maupun hidupnya seseorang.
Maka dari itu jika kamu melihatnya, berdoalah kepada Allah, dan bertakbirlah,
dan bersedekahlah, dan shalatlah. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas
menjelaskan bahwa apabila kita melihat gerhana dianjurkan berdoa, bertakbir,
bersedekah, dan melaksanakan shalat. Perintah Nabi ketika kita melihat gerhana
untuk melakukan yang demikian itu merupakan hal yang wajar. Sebab kalau kita
menjumpai suatu peristiwa yang luar biasa selalu diperintahkan untuk kembali
mengingat kebesaran dan keagungan Allah swt.
Peristiwa gerhana
bulan merupakan peristiwa alam biasa yang dapat diperhitungkan secara alamiah,
kapan dan di mana akan terjadi. Penelitian tentang sebab dan waktu akan
terjadinya gerhana sudah sejak lama dipelajari, terutama oleh umat Islam yang
memang banyak berkaitan dengan kehidupan beragama. Al-Qur’an pun telah
menyebutkan dasar-dasar ilmiah tentang perjalanan benda-benda langit, termasuk
kemungkinan terjadinya gerhana seperti yang kita alami sekarang ini. Hakekat
gerhana merupakan peringatan Allah swt agar manusia sebagai hambanya selalu
ingat dan mendekatkan diri kepadanya. Sebagai manisfestasi kedekatan diri kepada
Allah adalah mempererat jalinan silaturrahmi antar sesama.
Dengan demikian,
ketika Allah swt telah mentakdirkan gerhana bulan terjadi di daerah kita, maka
marilah kita ikuti petunjuk Rasulullah saw yang menganjurkan untuk melaksanakan
shalat gerhana. Sedangkan berbagai penafsiran yang tidak ada hubungannya dengan
peristiwa gerhana seperti menghubungkan dengan cerita-cerita yang tidak ada
sangkut pautnya dengan ajaran Islam bahkan bertentangan dengan ajaran Islam
sudah seharusnya untuk ditinggalkan. Karena semua itu akan mendangkalkan
keyakinan kita bahkan menjerumuskan dalam kemusyrikan.
Marilah peristiwa
gerhana ini kita jadikan renungan untuk memperbaiki diri kita dari segala dosa
dan kesalahan, memohon ampun kepada Allah dan mengharap rahmat, nikmat, taufiq,
dan hidayahNya, sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan lahir batin baik di
dunia dan akhirat kelak. Di samping itu peristiwa ini kita manfaatkan untuk
memperbanyak amal kebaikan dan berdoa untuk kita semua, supaya bangsa ini lepas
dari berbagai musibah dan bencana dan memantapkan langkah nyata untuk menata
kehidupan ini, supaya apa yang kita lakukan dapat memberi manfaat bagi diri
maupun masyarakat secara luas.
Disampaikan oleh penulis pada khutbah
Shalat Gerhana Bulan Total di Masjid Ar-Rahman Rajabasa B.Lampung pada tgl 10
Desember 2011 pukul : 20. 00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar