“Sesungguhnya setiap sesuatu ada
hatinya, dan sesungguhnya hati al Quraan adalah (Yaasin), barang siapa yang
membacanya; seolah-olah dia telah membaca al Qur`aan sepuluh kali.”
“ Dari Ma'qil bin Yasaar radliallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: Surat Al-Baqarah adalah puncak Al-Qur'an, 80 malaikat menyertai diturunkannya setiap ayat dari surat ini. Dan Ayat laa ilaaha illaa Huwa Al-Hayyu Al-Qayyuumu (Ayat Kursi) dikeluarkan lewat bawah 'Arsy, kemudian dimasukkan ke dalam bagian Surat Al-Baqarah. Dan Surat Yaasiin adalah jantung Al-Qur'an, seseorang tidak membacanya untuk mengharapkan Allah Tabaaraka wa Ta'aalaa dan Hari Akhir (Hari Kiamat), kecuali ia diampuni dosa-dosanya. Dan bacalah Surat Yaasiin pada orang-orang mati kalian".(Hadits riwayat: Ahmad)
Sedangkan yasinan adalah acara membaca surat yasin yang biasanya juga dirangkai dengan tahlilan. Di kalangan masyarakat Indonesia istilah tahlilan dan yasinan populer digunakan untuk menyebut sebuah acara dzikir bersama, doa bersama, atau majlis dzikir. Singkatnya, acara tahlilan, dzikir bersama, majlis dzikir, atau doa bersama adalah ungkapan yang berbeda untuk menyebut suatu kegiatan yang sama, yaitu: kegiatan individual atau berkelompok untuk berdzikir kepada Allah. Pada hakikatnya tahlilan adalah bagian dari dzikir kepada Allah.
Hadits ini dikeluarkan oleh at
Tirmidziy (4/46), ad Daarimiy (2/456) dari jalan Humeid bin `Abdirrahman dari
al Hasan bin Shoolih dari Haarun Abi Muhammad dari Muqaatil bin Hibbaan dari
Qataadah dari Anas marfuu`an. Berkata at Tirmidziy: “Hadist ini hasan gharib,
kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalan ini, sedang Haarun abu Muhammad
majhuul (tidak dikenal), pada bab ini juga dari Abu Bakr as Shiddiiq, tidak
shohih, sebab sanadnya lemah, dan pada bab ini juga dari Abi Hurairah
radhiallahu `anhu.”
Jadi hadits tersebut memanglah
hadits dha’if atau lemah, tetapi tidak sampai maudhu’ atau palsu. Bahkan
At-Tarmidzi mengatakan bahwa hadits itu hasan gharib. Dalam hal fadhilah atau
keutamaan suatu amal, hadits dha’if masih dapat dipakai. Karena hadits dha’if
itu masih dianggap hadits atau perkataan Rasulullah SAW, hanya saja jalur
periwayatannya kurang kuat. Hadits dha’if ini masih diambil sebagai hadits.
Barangsiapa menyebut hadits dha’if sebagai hadits palsu, berarti ia telah
mendustakan Rasul. Hadits dha’if adalah perkataan Rasul, barangsiapa
mendustakannya, berarti mendustakan perkataan Rasul. Barangsiapa mendustakan
perkataan Rasul, maka bersiaplah atas tempatnya di neraka.
"Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu., ia berkata:
"Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa
membaca surat Yasin di malam hari, maka paginya
ia mendapat pengampunan, dan barangsiapa membaca surat Hamim yang didalamnya diterangkan
masalah Ad-Dukhaan (Surat Ad-Dukhaan), maka paginya ia mendapat
mengampunan". (Hadits riwayat: Abu Ya'la). Sanadnya baik. (Lihat tafsir
Ibnu Katsir dalam tafsir Surat Yaasiin).
“ Dari Ma'qil bin Yasaar radliallahu 'anhu, ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Bacalah Surat Yaasiin atas orang mati kalian" (Hadits riwayat: Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
“ Dari Ma'qil bin Yasaar radliallahu 'anhu, ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Bacalah Surat Yaasiin atas orang mati kalian" (Hadits riwayat: Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
“ Dari Ma'qil bin Yasaar radliallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: Surat Al-Baqarah adalah puncak Al-Qur'an, 80 malaikat menyertai diturunkannya setiap ayat dari surat ini. Dan Ayat laa ilaaha illaa Huwa Al-Hayyu Al-Qayyuumu (Ayat Kursi) dikeluarkan lewat bawah 'Arsy, kemudian dimasukkan ke dalam bagian Surat Al-Baqarah. Dan Surat Yaasiin adalah jantung Al-Qur'an, seseorang tidak membacanya untuk mengharapkan Allah Tabaaraka wa Ta'aalaa dan Hari Akhir (Hari Kiamat), kecuali ia diampuni dosa-dosanya. Dan bacalah Surat Yaasiin pada orang-orang mati kalian".(Hadits riwayat: Ahmad)
Sedangkan yasinan adalah acara membaca surat yasin yang biasanya juga dirangkai dengan tahlilan. Di kalangan masyarakat Indonesia istilah tahlilan dan yasinan populer digunakan untuk menyebut sebuah acara dzikir bersama, doa bersama, atau majlis dzikir. Singkatnya, acara tahlilan, dzikir bersama, majlis dzikir, atau doa bersama adalah ungkapan yang berbeda untuk menyebut suatu kegiatan yang sama, yaitu: kegiatan individual atau berkelompok untuk berdzikir kepada Allah. Pada hakikatnya tahlilan adalah bagian dari dzikir kepada Allah.
Sampainya pahala orang hidup yang dihadiahkan bagi
orang meninggal
Ibnu
Taimiyah menegaskan bahwa barang siapa mengingkari sampainya amalan orang hidup
pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa ia
menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa
mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah pahala orang lain. Ini termasuk hal
yang pasti diketahui dalam agama islam dan telah ditunjukkan dengan dalil
kitab, sunnah dan ijma’ (konsensus ulama’). Barang siapa menentang hal tersebut
maka ia termasuk ahli bid’ah”.
Lebih lanjut Ibnu Taimiyah menafsirkan firman Allah “dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS an-Najm [53]: 39) ia menjelaskan, Allah tidak menyatakan bahwa seseorang tidak bisa mendapat manfaat dari orang lain, Namun Allah berfirman, seseorang hanya berhak atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan hasil usaha orang lain adalah hak orang lain. Namum demikian ia bisa memiliki harta orang lain apabila dihadiahkan kepadanya. Begitu pula pahala, apabila dihadiahkan kepada si mayyit maka ia berhak menerimanya seperti dalam solat jenazah dan doa di kubur. Dengan demikian si mayit berhak atas pahala yang dihadiahkan oleh kaum muslimin, baik kerabat maupun orang lain”
Dalam kitab Ar-Ruh hal 153-186 Ibnul Qayyim membenarkan sampainya pahala kepada orang yang telah meninggal. Bahkan Ibnul Qayyim menerangkan secara panjang lebar sebanyak 33 halaman tentang ini dalam kitabnya. Sebagian kaum muslimin terutama di Indonesia ini, melakukan tahlilan dan yasinan sebab kematian keluarga mereka, karena memang ingin menghadiahkan pahala kepada keluarga mereka. Dan amalan ini mereka dasarkan kepada hadits-hadits Rasulullah SAW di atas yang secara jelas menerangkan sampainya pahala itu kepada mayit.
Lebih lanjut Ibnu Taimiyah menafsirkan firman Allah “dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS an-Najm [53]: 39) ia menjelaskan, Allah tidak menyatakan bahwa seseorang tidak bisa mendapat manfaat dari orang lain, Namun Allah berfirman, seseorang hanya berhak atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan hasil usaha orang lain adalah hak orang lain. Namum demikian ia bisa memiliki harta orang lain apabila dihadiahkan kepadanya. Begitu pula pahala, apabila dihadiahkan kepada si mayyit maka ia berhak menerimanya seperti dalam solat jenazah dan doa di kubur. Dengan demikian si mayit berhak atas pahala yang dihadiahkan oleh kaum muslimin, baik kerabat maupun orang lain”
Dalam kitab Ar-Ruh hal 153-186 Ibnul Qayyim membenarkan sampainya pahala kepada orang yang telah meninggal. Bahkan Ibnul Qayyim menerangkan secara panjang lebar sebanyak 33 halaman tentang ini dalam kitabnya. Sebagian kaum muslimin terutama di Indonesia ini, melakukan tahlilan dan yasinan sebab kematian keluarga mereka, karena memang ingin menghadiahkan pahala kepada keluarga mereka. Dan amalan ini mereka dasarkan kepada hadits-hadits Rasulullah SAW di atas yang secara jelas menerangkan sampainya pahala itu kepada mayit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar