Ada tiga keadaan yang pasti dilalui oleh manusia selama hidupnya di
dunia. Yaitu, sehat, sakit dan mati. Baik nabi, sebagai utusan tuhan di bumi,
maupun manusia biasa, akan mengalami ketiga hal tersebut.
Begitupun dokter,
walaupun tugasnya mengobati orang sakit, namun tetap ia akan terkena sakit. Namun,
ada perbedaan sikap yang ditunjukan oleh manusia ketika menyikapi sehat dan
sakit.
Ada yang menganggap sehat sebagai suatu anugrah yang sarat makna.
Sedangkan sakit, dianggap musibah yang jauh dari makna. Sehingga tak
mengherankan, apabila kemudian mereka hanya bersyukur ketika diberi sehat saja.
Sedangkan saat sakit, mereka malah berburuk sangka kepada Allah.
Menganggap sakit sebagai kutukan dari-Nya yang tak ada hikmahnya sama sekali.
Orang yang beranggapan demikian jelas telah melakukan kekeliruan. “Sebab, tidak
semata-mata Allah menciptakan sesuatu, kecuali disertai dengan hikmahnya” (Q.S.
Shaad [38]:27).
Episode sakit adalah
episode yang tidak mengenakkan. Meski hanya kaki yang bengkak, seluruh badan
ikut merasakannya. Meski hanya satu jari yang luka, seluruh perasaan menjadi
labil, akibatnya pekerjaan pun tidak lagi produktif. Namun, di sisi lain, sakit
bisa menjadi kesempatan berharga bagai seseorang yang pandai memetik hikmah. kita
petik hikmahnya yang seluas samudera itu. Sungguh rugilah kita, jika sudah
sakit, lalu tidak mendapatkan hikmah apapun.
Pertama,
SAKIT adalah UJIAN buat kita, apakah kita layak disemati gelar “ahli syukur”.
Ketika kita mendapatkan tambahan harta, lalu kita bersyukur, itu biasa. Tetapi
ketika kita sakit, tetapi kita tetap bersyukur, itu baru luar biasa.
Allah Yang Maha
Baik ingin menaikkan derajat kita menjadi ahli syukur. Kita mau naik kelas,
maka kita harus ujian dulu. Maka, Dia memberikan tangganya berupa ujian sakit.
Memang tidak enak naik tangga, capek, lelah, namun setelah berhasil
melewatinya, InsyaAllah kemuliaan dari Allah sudah menanti.
Mengapa sakit
menjadi ujian untuk membuktikan kualitas syukur? Karena sebenarnya sakit yang
kita rasakan itu tidak ada apa2nya dibandingkan dengan luasnya karunia dan
kenikmatan yang diberikan olehNya. Seringkali, kita hanya berfokus pada bagian
tubuh yang sakit saja, seharian mengeluh di bagian itu-itu saja, padahal pada
saat yang bersamaan bagian tubuh lain masih berfungsi sempurna, maha karya Dia
yang Luar Biasa.
" إِنَّ
الرَّجُلَ لَيَكُوْنَ لَهُ عِنْدَ اللهِ اْلمَنْزِلَةَ فَمَا يَبْلُغُهَا
بِعَمَلِهِ فَمَا يَزَالُ اللهٌُ يَبْتَلِيْهِ بَمَا يَكْرَهُ حَتَّى يَبْلُغَهَا "Sesungguhnya seseorang akan memperoleh
kedudukan di sisi Allah I, ia
tidaklah memperolehnya dengan amalan, Allah senantiasa terus mengujinya dengan
sesuatu yang tidak disukainya, hingga ia memperolehnya" HR. al-Hakim
dan ia menshahihkannya 1/495.
Kedua,
SAKIT adalah PRASYARAT terkabulnya DOA. Seringkali terkabulnya sebuah doa
tertunda karena dosa-dosa yang kita lakukan.
Dosa mata, dosa
telinga, dosa mulut, prasangka, sedikit demi sedikit menumpuk tanpa kita
sadari. Karena tidak sadar, kita tidak pernah menyesalinya, akhirnya dosa-dosa
tersebut tidak pernah kita tobati. Lalu Allah Yang Maha Baik mengkaruniakan
sakit untuk menghapus dosa-dosa tersebut, sehingga apa yang kita munajatkan
dalam doa tidak terhalang lagi.
Rasulullah SAW bersabda
:
مَا يَمْرَضُ مُؤْمِنٌ
وَلاَ مُؤْمِنَةٌ وَلاَ مُسْلِمٌ وَلاَمُسْلِمَةٌ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِذلِكَ
خَطَايَاهُ كَمَا تَنْحَطُّ الْوَرَقَةُ مِنَ الشَّجَرِ"
"Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan,
dan tidaklah pula dengan seorang muslim, laki-laki dan perempuan, melainkan
Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan hal itu, sebagaimana
bergugurannya dedaunan dari pohon." HR. Ahmad 3/346.
Ketiga,
SAKIT adalah PERINGATAN atas kualitas kita dalam manajemen diri. Sakit menjadi
tempat kita berkaca betapa sering kita abai atas kualitas makanan. Kita sering
tidak adil kepada tubuh atau tidak memberikan hak yang memadai untuk istirahat,
padahal Allah Sang Khalik telah mengamanahkan tubuh ini dengan segala kehebatan
dan kecanggihan mekanismenya. Maka, yuk kita manfaatkan episode sakit sebagai
momentum introspeksi diri kita.
" إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ
اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ
فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا َومَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ "
"Sesungguhnya besarnya balasan disertai besarnya cobaan,
dan sesungguhnya apabila Allah mencintai
suatu kaum, Dia I
mencoba mereka, barangsiapa yang ridha maka untuknya keridhaan dan barangsiapa
yang murka maka baginya kemurkaan" HR. at-Tirmidzi no. 5645.
Keempat,
SAKIT adalah PENGHAPUSAN dosa-dosa
manusia. Sakit memperingatkan manusia atas segala dosa dan perbuatan jahatnya.
Kalau awalnya seseorang yang banyak berbuat kesalahan tidak pernah berfikir
tentang dosa dan pahala, maka disaat sakit, biasanya ia akan teringat akan
dosa-dosanya sehingga berusaha untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah
SWT.
Oleh karena
itu, tak seharusnya disaat sakit kita mengeluh apalagi menyalahkan Allah.
Sebab, dengan sakit, Allah memperlihatkan kasih sayangnya kepada kita. Setelah
sembuh dari sakit, bukan hanya akan timbul kesadaran akan besarnya nikmat Allah
yang telah diberikan kepada kita. Namun lebih dari itu, dosa-dosa kita pun akan
diampuni oleh-Nya
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Setiap getaran pembuluh darah dan mata
adalah karena dosa. Sedangkan yang dihilangkan Allah dari perbuatan itu lebih
banyak lagi.” (HR. Tabrani).
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
" مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةٌ فَما فَوْقَهَا إِلاَّ
كُتِبَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌُ وَمُحِيَتْ عَنْهُ بهَا خَطِيْئَةٌ "
"Tiadalah
tertusuk duri atau benda yang lebih kecil dari itu pada seorang muslim, kecuali
akan ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu
kesalahan." (HR. Muslim )
Rasulullah SAW
bersabda :
مَا يُصِيبُ
الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ
غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ
خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah
berupa rasa lelahnya badan, rasa
lapar yang terus menerus atau sakit, rasa
sedih/benci yang berkaitan dengan masa sekarang, rasa
sedih/benci yang berkaitan dengan masa lalu, gangguan
orang lain pada dirinya, sesuatu yang
membuat hati menjadi sesak sampai-sampai duri
yang menusuknya melainkan akan Allah
hapuskan dengan sebab hal tersebut keslahan-kesalahannya” (H.R.
Bukhari dan Muslim).
Semoga
dengan beberapa hikmah sakit di atas akan lebih mendekat kan diri kita kepada
Allah Ta'ala bahwasannya