Pertama,
An Nafsul Muthmainnah,
yakni nafsu/jiwa yg senantiasa mendorong dan mengajak kebaikan dan taat kepada
ALLOH SWT. Beberapa sahabat Rasululloh SAW mengutarakan pendapatnya tentang
nafsu ini. Ibnu Abbas r.a berkata,”An Nafsul Muthmainnah adalah nafsu/jiwa yg
membenarkan semua janji ALLOH SWT dan Rasul-Nya.” Definisi lain dari
Qatadah, ”Dia adalah seorang mukmin, jiwanya tenang kepada apa yang telah
dijanjikan ALLOH SWT
Maka,
hamba ALLOH SWT yg mempunyai nafsu ini, dia akan: merasa tenang
melaksanakan semua perintah ALLOH SWT, merasa tenang meninggalkan larangan
ALLOH SWT, merasa tenang terhadap kabar yg terjadi sesudah mati, merasa tenang menerima takdir ALLOH SWT. Dengan
kata lain, hamba ini akan mengingat firman ALLOH SWT,“Tidak ada sesuatu
musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa
yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (At Taghaabun(64):11)
Kedua, An Nafsul Lawamah, yakni nafsu/jiwa yg tidak stabil. Jiwa tipe ini akan berganti antara ingat dan lalai, menerima dan menolak, cinta dan benci, dan seterusnya. Ada juga yg mengatakan bahwa nafsu ini adalah nafsu orang beriman yg dalam hidupnya berbuat kebajikan namun terkadang melakukan kesalahan. Untuk kaum muslim yg mempunyai nafsu/jiwa seperti ini.
ALLOH SWT berfirman,”Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
“Ya
Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.” (At Tahrim(66):8) Taubatan nasuha merupakan solusi bagi kaum
muslim yg mempunyai nafsu lawamah ini.
Ketiga, An Nafsul Amarah bis Suu’, yakni jiwa/nafsu yg tercela. Jiwa seperti ini akan selalu mengajak kepada keburukan dan maksiat. Siapapun tidak akan terbebas dari keburukan nafsu ini, kecuali dengan pertolongan ALLOH SWT. Hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an,“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf(12):53)
Jiwa yg pertama (Muthmainnah) akan selalu dikawal malaikat, dituntun dan didorong agar selalu taat dan patuh kepada ALLOH SWT dan Rasul-Nya, serta selalu berbuat kebaikan. Sedangkan jiwa yg terakhir (Amarah bis Suu’) akan menyebabkan setan mengawal kita. Akibatnya kita akan selalu diajak dan didorong untuk kufur kepada ALLOH SWT dan cenderung berbuat kebatilan. Orang yg mempunyai jiwa muthmainnah akan mempunyai kehidupan dan akhir kehidupan yg baik (Khusnul Khatimah) sebagaimana tersebut pada,“Hai jiwa yang tenang. – Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. – Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, – dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al Fajr(89): 27-30)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar