By : Azkan Ihsan
Pintu gerbang
taubat adalah kesadaran, penyesalan diri atas segala perbuatan yang salah dan
mengundang dosa. Setelah sampai pintu gerbang maka diri segera memohon maaf dan
ampunan padanya. Shalat Taubat adalah salah satu pilihan bentuk aktifitasnya.
Sebuah shalat sunnat yang dilakukan atas nama ikhtiar untuk bertaubat kepada
Allah SWT.
Empat Imam Madhab bersepakat atas
disyariatkannya shalat taubat. Dasarnya adalah hadits dari Abu Bakar al-Shiddiq
RA, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ
يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ
، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ
"Tidaklah seorang hamba berbuat satu dosa,
lalu ia bersuci dengan baik, lalu berdiri untuk shalat dua rakaat, kemudian
memohon ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuni dosanya."
Kemudian Nabi SAW membaca:
"Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui. [QS. Ali Imran: 1365]."
(HR. Abu
Dawud no. 1521. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)
Dari Ali –RA, dari
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah
seseorang melakukan perbuatan dosa lalu di bangun dan bersuci, kemudian
mengerjakan shalat, dan setelah itu memohon ampunan kepada Allah melainkan
Allah akan memberikan ampunan kepadanya.” (HR. At-Tirmizi, Abu
Dawud dan Ibnu Majah, serta dishahihkan oleh Asy-Syaikh Albani)
Didalam hadits
yang diriwayatkan oleh Thabrani didalam “al Mu’jam al Kabir” dengan sanad yang
hasan dari Abud Darda bahwa Nabi saw bersabda,”Barangsiapa yang berwudhu
kemudian membaguskan wudhunya lalu mengerjakan shalat dua rakaat atau empat
rakaat, baik ia shalat wajib atau bukan yang wajib, membaguskan ruku’ dan
sujudnya kemudian memohon ampunan kepada Allah maka Allah swt akan mengampuninya
Niat untuk
melakukan sholat taubat yaitu: Ushallii sunnatat taubati rak’ataini
lillaahi ta’aalaa. Yang artinya: “Aku niat shalat sunat taubat dua
rakaat karena Allah.”.
Setelah
melakukan sholat ini, kita bisa memilih beragam wirid seperti, membaca alquran,
lalu melengkapinya dengan doa-doa. Salah satu doa khusus yang bisa anda baca
adalah:
Astagfirullahal
azhiim al ladzi laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyumu wa atuubu ilaihi taubata
‘abdin zhaalimin laa yamliku li nafsihi dharran wa laa naf’an wa laa mautan wa laa
hayaatan wa laa nusyuuraa. Artinya: Saya memohon ampunan kepada Allah
Yang Maha Agung, aku mengaku bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, Tuhan yang
hidup terus selalu terjaga. Aku memohon taubat kepada-Nya, selaku taubatnya
seorang hamba yang banyak berdosa, yang tidak mempunyai kekuatan untuk berbuat
mudharat ataupun manfaat, untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
Ayat-ayat al-Qur'an dan hadits Nabi SAW yang
menganjurkan untuk bertaubat. Di antaranya,
"Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari
ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya."
(QS. At-Tahrim: 8)
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS.
An-Nur: 31)"Maka Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan
memohon ampun kepada-Nya?. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al-Maidah : 74)
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku
yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar : 53)
Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallah 'Anhu,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ
عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ
يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ
مَغْرِبِهَا
"Sungguh Allah 'Azza wa Jalla
membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk merima taubat pelaku dosa di
siang hari, dan akan membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima
taubat pelaku dosa di malam hari." (HR. Imam Muslim)
Diriwayatkan dari Rifa'ah Al-Juhni, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ
يُمْهِلُ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ مِنْ اللَّيْلِ نِصْفُهُ أَوْ ثُلُثَاهُ قَالَ لَا يَسْأَلَنَّ
عِبَادِي غَيْرِي مَنْ يَدْعُنِي أَسْتَجِبْ لَهُ مَنْ يَسْأَلْنِي أُعْطِهِ مَنْ
يَسْتَغْفِرْنِي أَغْفِرْ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
"Sungguh Allah akan memberi tangguh,
sehingga berlalu setengah atau sepertiga malam, lalu berfirman: 'hambaku tidak
meminta kepada selain-Ku, maka siapa saja yang berdoa kepada-Ku pasti kan Ku
kabulkan, siapa saja yang meminta kepadaku pasti kan kupenuhi permintaannya,
siapa saja yang memohon ampun pada-ku pasti kan kuampuni sehingga terbit faja'."
(HR. Imam muslim dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda:
لَلَّهُ أَشَدُّ
فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى
رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ
وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ
أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً
عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ
أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
"Sungguh Allah sangat gembira dengan
taubat hambanya ketika bertaubat kepada-Nya, melebihi senangnya seorang hamba
yang bepergian dengan kendaraannya di sebuah negeri yang gersang, lalu
kendaraannya tadi hilang, padahal bekal makan dan minumnya berada di atasnya,
lalu ia patah harapan untuk mendapatkannya, lalu ia berteduh di bawah pohon
dengan diliputi kekecewaan. Ketika seperti itu, tiba-tiba kendaraannya berdiri
di sampingnya, lalu ia pegang tali kendalinya, kemudian berkata dengan
gembiranya : "Ya Allah, Engkau adalah hambaku sedangkan akku adalah
tuhan-Mu!! Dia telah melakukan kesalahan karena terlalu gembira." (HR.
Muslim)
Sebenarnya ia ingin berkata: "Ya Allah,
Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu", tapi lidahnya terbalik seperti di atas
karena kegembiraan yang luar biasa. Maka Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya
melebihi kegembiraannya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallah
'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
لَوْ أَخْطَأْتُمْ
حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ عَلَيْكُمْ
"Seandainya kalian semua melakukan
kesalahan (dosa), sehingga dosa kalian mencapai setinggi langit, kemudian
kalian bertaubat pasti Allah akan mengampuni kalian." (HR. Ibnu Majah
dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al Shahihah: 2/604)
Dari Anas bin Malik Radliyallah 'Anhu,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
كُلُّ بَنِي
آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Setiap anak Adam pasti memiliki
kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau
bertaubat." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani
dalam al Misykah dan shahih sunan Ibni Majah)
Syarat Pokok Taubat
Pertama, benar-benar menyesali perbuatan maksiatnya. Kedua,
meninggalkan kemaksiatan yang telah dikerjakannya. Ketiga,
bertekad kuat untuk tidak mengulanginya jika kesempatan serupa datang
kepadanya. Keempat, memperbanyak istighfar (meminta ampunan)
kepada Allah Ta'ala. Kelima,
mengikutinya dengan amal-amal shalih dengan harapan supaya amal kebaikan itu
menghapuskan keburukan-keburukannya.
“”””
Sesungguhnya taubat adalah kebutuhan seorang hamba yang memahami kewajibannya
dan kelemahan dirinya dalam melaksanakan seluruh kewajiban “”””””
Tidak ada komentar:
Posting Komentar