Tulisan ini merupakan kesimpulan yang dapat penulis tangkap terhadap 9 dari 12 keseluruhan pemakalah yang direncanakan akan memaparkan hasil penelitiannya tentang Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter anak di Sekolah Dasar di Hotel Padjajaran Suites Bogor ( 27-29 Mei 2013 )
Strategi Dalam Membentuk Karakter Anak
Pertama: Memberikan pemahaman kepada anak sesuai dengan tingkat perkembangan (kemampuan) akalnya. Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan Ali bin Abi Thalib ra., pernah bersabda:“Berbicaralah kepada manusia dengan sesuatu yang mereka ketahui. Apakah engkau suka jika Allah dan Rasul-Nya didustakan?“(HR Al-Bukhari).
Tujuannya adalah agar anak menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan sendiri secara bertanggung jawab sesuai dengan perintah Allah Swt. Bukan melakukannya karena kebiasaan saja, takut terhadap orang tua, atau takut gagal jika tidak mandiri. Penyadaran dengan pemahaman tidak cukup dilakukan sekali. Orangtua harus sabar untuk terus membimbingnya dan disertai praktik mandiri pada anak.
Kedua: berbuatlah secara bijaksana. Dalam hal tertentu, jangan memaksa anak untuk berbuat sesuatu ataupun membiarkan anak berbuat sesuatu, kecuali sesuatu itu tidak membahayakan dirinya dan tidak menyimpang dari tata aturan Islam. Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra.:
“Kamu semua disuruh untuk berlaku manis dan bijaksana, bukan berlaku kasar dan mengundang kesulitan.“(HR al-Bukhari). Dengan cara demikian, naluri anak untuk berkembang dapat tersalurkan; pola intelektualitas, emosionalitas dan kreativitas anak juga akan tumbuh. Berbeda halnya dengan anak yang senantiasa dibatasi (restricted), naluri perkembangan psikologinya bisa menjadi tumpul. Akibatnya, anak akan bergantung pada orang lain dan tidak berprestasi.
Ketiga: memberikan kasih sayang secara wajar dalam perilaku, hadiah, maupun pujian. Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan Abu Musa ra., pernah mendengar seorang laki-laki yang memuji seorang yang lain secara berlebihan. Lalu Beliau bersabda (yang artinya),
“Kamu telah mencelakakan orang itu!” (HR al-Bukhari). Kasih-sayang yang kurang ataupun berlebihan sama-sama memiliki dampak negatif bagi perkembangan anak. Jika kasih-sayang orangtua kurang, anak bisa menjadi “extrem kiri”: bandel, kasar, jahat, dan sebagainya. Sebaliknya, jika anak ’kelebihan’ kasih sayang, pola kepribadian anak akan menjadi “extrem kanan”: bersikap manja sehingga malas merawat dirinya, selalu minta dituruti kemauannya, dan sering mengendalikan orangtuanya.
Keempat: memberikan cara pendidikan secara tegas kepada anak. Dalam mendidik anak, orang tua harus memiliki sikap yang tegas dan tidak “plintat-plintut”. Di sinilah pentingnya ayah dan ibu seiring dan sejalan dalam mendidik anak. Ketidaksejalanan ayah dan ibu dalam mendidik anak akan membuat anak bersikap tidak konsisten sehingga sikap kemandirian anak tidak berkembang secara baik.
Kelima, ajarkan anak untuk selalu bergantung pada Allah SWT. Tanamkan pada anak bahwa semua kemudahan datangnya dari ALLAH SWT, dan kesulitan pun pasti ada pemecahannya dari ALLAH SWT.