Dari Aisyah
r.a. beliau berkata:
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ : مَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ
إِلاَّ رَمَضَانَ, وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ
Dari
Aisyah berkata: Saya tidak perlah mengetahui Nabi puasa sebulan penuh kecuali
pada bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah mengetahui dia lebih banyak berpuasa
daripada di bulan sya’ban. [120] [120] HR. Bukhari:
1969, Muslim: 782.Beliau juga bersabda:"Kerjakanlah ibadah apa yang engkau
mampu, sesungguhnya Allah tidak pernah bosan hingga kalian bosan".
Usamah bin Zaid
bertanya kepada Rasulullah s.a.w.:'Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu
memperbanyak berpuasa (selain Ramadhan) kecuali pada bulan Sya'ban?
Rasulullah s.a.w. menjawab:"Itu bulan dimana manusia banyak melupakannya
antara Rajab dan Ramadhan, di bulan itu perbuatan dan amal baik diangkat ke
Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan
puasa". (HR. Abu Dawud dan Nasa'i).
Dari A'isyah:
"Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga
aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan
telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat
beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku
menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak
(menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama".
Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini".
"Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam
nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan
mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih
sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi)
عَنْ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ قَالَ : قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ, لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ
شَعْبَانَ, قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ
وَرَمَضَانَ, وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ
الْعَالَمِينَ, فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Dari
Usamah bin Zaid berkata: Saya bertanya: Wahai Rasulullah, saya tidak melihatmu
berpuasa di bulan seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban (karena seringnya),
beliau menjawab: “Bulan itu banyak manusia lalai, yaitu antara Rojab dan
Ramadhan, bulan diangkat amal-amal kepada Robb semesta alam, dan saya ingin
untuk diangkat amalku dalam keadaan puasa”.[HR. Nasai
4/4201, Ahmad 5/201 ]
يَنْزِلُ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ
النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ, إِلاَّ لِمُشْرِكٍ
أَوْ مُشَاحِنٍ
Alloh
Tabaraka wa Ta’ala turun kepada makluk-Nya pada malam nishfu Sya’ban, lalu Dia
mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.
Hadits ini
diriwayatkan dari jalan beberapa sahabat yaitu Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah
al-Hutsani, Abdullah bin Umar, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakar
ash-Shiddiq, Auf bin Malik, dan Aisyah radhiyallahu ‘anhum ajma’in. [Diringkas
dari Silsilah
Ahadits ash-Shahihah 3/135139/no. 1144]
Dalam hadis
Ali, Rasulullah bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan
salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia
pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku
ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang
mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R.
Ibnu Majah).
Sebagian ulama
berpendapat bahwa hadis ini lemah namun dapat digunakan untuk Fadlail A'mal. Walaupun
hadis tersebut tidak sahih, namun melihat dari hadis-hadis lain yang
menunjukkan kautamaan bulan Sya'ban, dapat diambil kesimpulan bahwa malam Nisfu
Sya'ban jelas mempunyai keuatamana dibandingkan dengan malam-malam lainnya.