Saudara-saudaraku, tulisan
sengaja dibuat untuk menjadi bahan renungan bersama, apakah kita telah
betul-betul kembali kepada fithrah kita secara utuh? telah kembali kepada asal
mula kejadian kita?
Ungkapan
yang sudah rutin di dengar antara lain : “MINAL ‘A_IDIN WAL FA_IZIN”,
”TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM”, “KULLU ‘AAMIN WA ANTUM BI KHAIR”, “SELAMAT
HARI RAYA IDUL FITRI 1 Syawal MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN” dan banyak lagi
ungkapan kegembiraan yang terdengar. Memang ujung daripada Ramadhan adalah IDUL
FITHRI.
Idul Fithri
adalah berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yakni ‘ID yang
artinya KEMBALI, dan FITHRI yang artinya KEJADIAN, sehingga ‘IDUL FITHRI
mempunyai arti KEMBALI KEPADA ASAL MULA KEJADIAN, maksudnya kembali kepada asal
mula kejadian manusia saat diciptakan oleh Allah SWT. Dengan demikian maka
diharapkan bahwa orang yang sudah menjalankan ibadah puasa dan seluruh
rangkaian ibadah lain yang mengiringinya akan kembali kepada asal
kejadiannya.sesuai dengan konsep Allah dalam penciptaan manusia.
FITHRAH
adalah POTENSI ALAMIAH yang merupakan karunia Allah Yang Maha Sempurna yang
telah dianungerahkan kepada seluruh umat manusia tanpa ada perbedaan sejak
manusia masih berupa janin, dan potensi alamiah ini berkembang seirama dengan
pertumbuhan jasmani manusia itu sendiri, dan perkembangannya (baik dan
buruknya) juga dipengaruhi sikap dan perilaku manusia dalam kehidupan
sehari-harinya.
Sabda
Rasulullah SAW.:
“Tidak ada seorang manusiapun
dilahirkan melainkan (dia) dilahirkan atas fithrahnya, maka kedua orang
tuanyalah yang akan menjadikan(diri)nya yahudi, atau nashrani, ataukah menjadi
majusi” ~ (H.R. Bukhari)
Fitrah atau potensi alamiah yang
dikaruniakan Allah kepada manusia adalah sebagai berikut :
1. Fithrah sebagai MAKHLUK BERAGAMA yang memilIk nilai- nilai ketaatan kepada Sang Penciptanya yakni Allah SWT. atau disebut juga
dengan FITHRAH KEAGAMAAN. Ketika manusia diciptakan berupa
janin dan telah sempurna Allah menciptakan jantung dan pembuluh-pembuluh darah
ke semua bagian calon organ tubuh yang lain, ditiupkanlah ruh ke dalam janin
tersebut oleh Allah SWT. Setelah itu diikatlah perjanjian antara makhluk-Nya
(janin) itu dengan Sang Khalik yakni Allah SWT. sebagimana
firman Allah yang berbunyi:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)",(QS. Al-A’raf: 172)
Pada perkembangan perjalanan
hidupnya, kemudian manusia lupa pada perjanjian yang pernah diikat dengan
Allah. Untuk mengingatkan manusia itulah maka Allah mengutus Rasul-Rasul ke
muka bumi ini dan menetapkan ajaran syari’at yang harus dilaksanakan dengan
berpedoman kepada kitab suci yang menyertai diutusnya Rasul-Rasul tersebut.
2. Fithrah sebagai MAKHLUK YANG SUCI yang sejak awal dilahirkan ke dunia fana ini dalam keadaan suci tanpa membawa dosa warisan dari kedua orang tuanya maupun nenek moyangnya. Fithrah ini menjadi kotor karena pemilikinya (manusia) melakukan perbuatan-perbuatan salah dan dosa.
2. Fithrah sebagai MAKHLUK YANG SUCI yang sejak awal dilahirkan ke dunia fana ini dalam keadaan suci tanpa membawa dosa warisan dari kedua orang tuanya maupun nenek moyangnya. Fithrah ini menjadi kotor karena pemilikinya (manusia) melakukan perbuatan-perbuatan salah dan dosa.
Menurut ajaran Islam, seorang
hamba Allah baru dinyatakan berdosa jika ia melakukan perbuatan dosa apabila ia
telah akil baligh atau mukallaf, jika belum mukallaf maka apa yang dia lakukan
belum diperhitungkan oleh Allah.
Inti pokok semua ajaran Islam adalah dalam rangka mengembalikan manusia kepada kesuciannya melalui HIKMAH di balik ibadah itu.
Inti pokok semua ajaran Islam adalah dalam rangka mengembalikan manusia kepada kesuciannya melalui HIKMAH di balik ibadah itu.
3. Fithrah sebagai makhluk
BERAKHLAK yang memiliki nilai-nilai etika dan moral yang akan menempatkan
manusia pada posisi lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk yang lain dan
membedakan dirinya dengan binatang. Setiap tingkah laku manusia mempunyai
nilai, karena itulah maka seharusnyalah stiap perbuatan manusia harus selaras dengan
fithrah yang dimilikinya
Missi utama Rasulullah di utus ke
muka bumi adalah dalam rangka menempatkan manusia pada posisi yang sebenarnya
yakni sebagai manusia yang beradab dan berakhlak serta berbudi pekerti yang
luhur, sebagaimana sabdanya yang berbunyi :“Hanya sanya aku diutus (ke muka
bumi ini) adalah untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti) manusia” (H.R.
Bukhari)
4. Fitrah sebagai makhluk
BER-MARTABAT TINGGI, yang memiliki nilai-nilai keunggulan dibanding dengan
makhluk ciptakan Allah yang lain bahkan malaikat sekalipun. Keunggulan manusia
(tetapi kadang justru menjadi kelemahannya) karena memiliki nilai-nilai
INTELEKTUAL, SENI dan BUDAYA. Dengan memadukan tiga hal tersebut maka manusia
dapat membudidayakan alam semesta ini dengan baik dan memanfaatkannya untuk
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia, bahkan tidak sedikit
yang menjadi jembatan menuju tercapainya kebahagiaan dan kesempurnaan hidup di
akkhirat.
Keunggulan yang lain yang
dimiliki manusia adalah bahwa Allah tetalh menetapkan manusia sebagai :
•Makhluk yang terbaik (QS. At-Tin: 4)
•Makhluk yang terbaik (QS. At-Tin: 4)
•Manusia juga telah ditetapkan
oleh Allah sebagai makhluk-Nya yang paling mulia. (QS. Al-Isra: 70)
•Manusia juga merupakan
makhluk-Nya yang paling disayang (QS. Luqman: 20)
Ketika manusia mengingkari
keunggulannya dan cendrung melakukan kedurhakaan kepada Allah dan melakukan
banyak dosa, maka Allah menjadikan manusia itu justru lebih hina dari makhluk
yang paling hina sekalipun.
Diutusnya Rasul dan ditetapkannya syari’at bagi umat manusia sesungguhnya dalam
rangka mengingatkan manusia agar tidak lupa diri dan selalu taat kepada
ketentuannya dan dapat mensyukuri kedudukannya sebagai makhluk yang memiliki
martabat yang tinggi.
Sesungguhnya, seluruh kegiatan di
bulan ramadhan mulai dari ibadah puasa yang dilaksanakan selama satu bulan
penuh, shalat tarawih berjama’ah di masjid, tadarus Al-Qur’an, Kajian
ke-Islaman, pembinaan seni budaya Islami, pembianaan kreatifitas anak, Festifal
Anak Shaleh, pembayaran zakat, infaq dan shadaqah sampai dengan takbir keliling
serta pelaksanaan shalat sesungguhnya dalam rangka Menggiring manusia agar
memperoleh kembali FITHRAH-nya sebagaimana dia mendapatkan pertama kalinya dari
Allah SWT. sebagai karunia karena kasih sayang dan cinta-Nya yang luas kepada
hamba-hamba-Nya.
Sebagai penutup
perkenankan saya mengucapkan
“MINAL ‘A_IDIN WAL FA_IZIN”,
”TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM”,
“KULLU ‘AAMIN WA ANTUM BI KHAIR”, “SELAMAT IDUL FITRI 1 Syawal 1433 H. MOHON
MAAF LAHIR DAN BATIN